Selasa, 23 September 2008

Manifesto satria pedang tumpul

:Ketika bertanya kemana tujuan


Pada tusuk sate tamanku, diantara lajur jalan yang terlewati, dimana hilir mudik menjadi pemandangan yang tak terlewatkan sepanjang waktu. Kadang ditemani sebungkus rokok dan secangkir kopi, kadang hanya melihat lalulalang orang-orang. Langkah kaki sepi seorang gadis, lelaki gontay kehilangan semangat, omong-kosong pacar merayu disisinya yang tersipu-sipu,perempuannya menolehkan wajah padaku mencari saat selingkuh. Sendiriku, duduk dibangku taman, ditusuk sate, diantara lajur jalan yang terlewati.

Kuingat kekasih, siapa dia, perempuan manis, cantik, tak perduli wana kulit. Rambut sebahu atau dikepang dua, atau digerai angin.........wajahnya pasti kukenali seperti kukenal mereka perempuan yang sempat duduk disisiku saling menemani, menunggu waktu pergi. Entah disenja, entah dipagi, disini dibangku taman, pada tusuk sate, diantara lajur-lajur jalan yang terlewati.

Pada akhirnya bangku ditamanku, hanya aku yang ditemani secangkir kopi dan sebungkus rokok. Entah mungkin kekasih menunggu disudut gang, menginginkanku menjemputnya disana, tapi engganku beranjak dari bangku ditamanku, pada tusuk sate, diantara lajur jalan yang terlewati, dimana hilir mudik menjadi pemandanganku sepanjang waktu.

Kekasih tempatmu dihati dan pikirku, diantara berita politik, sosial, budaya, dan ekonomi, bersesak disisi hukum dan kriminalitas, Negara ini. Kekasih apakah agamamu, ku tak peduli selama kau tak mejadi biarawati dan biksuni, dan selama bukan mantan kekasih dari orang yang begitu kau kekasihi, selama kau tak pernah berlari darinya dan menemui lelaki lain, selama itu aku juga kekasih yang menunggumu. Hanya aku ditemani sebungkus rokok kretek dan secangkir kopi, pada bangku ditamaku, tepat ditusuk sate, jalur jalan yang biasa dilewati.

Kekasih, ditusuk sate, diantara lajur-lajur jalan, disana ada sebuah taman, ada aku pada sebuah bangku, ditemani secangir kopi dan sebungkus rokok kretek, jangan kau tanya aku siapa, tapi mendekatlah dan duduk merapat kesisiku dan katakan kau tak akan membiarkanku duduk sendiri tanpa kau temani, setelah gelap lewat, peluk aku dan ciumi aku, jika mungkin kekasih begitu abadi dikebersamaan, sempatkan dirimu untuk menjadi ibu anak-anakku.

Tapi jika ku tak berada dibangku taman, mungkin kita tak sedang beruntung, karena biasanya disepanjang waktuku berada disana, menyaksikan lalulalang orang-orang lewat, pada lajur-lajur jalan kehidupan. Tapi lihat diujung gang, dibawah rambu dilarang parkir, disana ada kedai kopi, duduklah disalah satu bangkunya, pesan minuman kesukaanmu, mungkin kau akan sadar disana ada pemuda yang begitu menati kekasihnya, duduk sendiri, sambil terus matanya memandang keluar, seperti menjemput seorang perempuan, untuk duduk disisinya, itu bukan aku, tetapi kekasih yang duduk disudut, menunggu perempuan untuk menerima cintanya.

Salam,


sadoell77@yahoo.co.id
http://sadoell.lemontreenet.net.com
http://saddoell77.blogspot.com